Sabtu, 24 September 2011

DEVELOPING MATHEMATICS EDUCATION IN INDONESIA By Marsigit, Unsur-unsur Psikologi yang Terkandung Di Review oleh Siti Nurrochmah Dani (10313244004)

Salah satu tujuan bangsa indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu pemerintah mengembangkan pendidikan dengan mencanangkan program wajib belajar 6-9 tahun, dimana pada masa itu siswa belajar ilmu-ilmu dasar. Pada masa itu pula siswa mengalami proses perkembangan mental dan jiwa. Sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan potensi, bakat, dan kemampuan bersosialisasi dengan sesama dan lingkungan.
Pendidikan di Indonesia sendiri sebenarnya mulai sitematik pada tahun 1968/1969. Dan pada tahun sebelum 1990 guru cenderung menerangkan di depan kelas, sedangkan murid hanya mendengarkan. Saat pembelajaran di kelas khususnya matematika, media utama visualisasi pembelajaran adalah papan tulis dimana guru menjelaskan dengan menuliskannya di papan tulis. Hal ini cenderung membuat siswa pasif dan hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru. Dampak buruknya pada perkembangan psikologi siswa adalah siswa tumbuh menjadi seorang yang mudah percaya dan sulit untuk mengembangkan potensi akan dirinya. Karena mereka tidak dapat mengenali kemampuan dan jati diri mereka sendiri.
Dalam pemberian tugas, siswa hanya mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru, sehingga siswa kurang mempunyai inisiatif mengembangkan apa yang telah dimilikinya. Dan apa yang didapat di sekolah cenderung mudah hilang karena mereka hanya menerima, tanpa mencari sendiri atau mengolah yang telah di berikan guru kepada siswa. Dalam konteks ini guru sebagai pusat kegiatan dan siswa hanya sebagai pendengar.
Tantangan utama bagi pendidik berikutnya yaitu meningkatkan pembelajaran matematika siswa yang lebih tinggi agar siswa dapat membangun pengetahuannya sesuai pemahaman siswa. Di sisi lain hal tersebut juga dapat mendorong perkembangan psikologi, yaitu menjadi siswa yang lebih berkarakter dan berkompeten.
Sesuai hasil nilai ebtanas pada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama menmbuktikan bahwa matematika dan ilmu pengetahuan alam menjadi pelajaran dengan hasil nilai yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari kompetensi guru sampai fasilitas sekolah yang kurang lengkap. Faktor dari dalam diri siswa juga tak kalah penting yaitu rasa takut akan mata pelajaran matematika. Sehingga perlu adanya usaha peningkatan pembelajaran. Untuk itu guru harus memberikan bimbingan sehingga siswa tidak merasa takut pada matematika. Sehingga jiwa atau psikis siswa tidak merasa tertekan dalam proses belajar mengajar.
Yang paling penting dan utama adalah dengan mengubah paradigma tradisional dengan paradigma baru yaitu paradigma konstruktivist (siswa aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator). Dimana manfaatnya tidak hanya dalam perkembangan kemampuan saja yang dimiliki tetapi juga pembentukan karakter dan mental yang kuat dimiliki oleh siswa, jika paradigma baru itu dilaksanakan dengan tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar